
PANJI-PRATAMA.COM – Selain sebagai seorang guru besar di Universitas Pendidikan Indonesia, Prof. Sofyan banyak mengisi dakwah di berbagai acara. Dalam beberapa kesempatan, beliau seringkali membahas pentingnya dakwah di era digital.
“Sebelum menyebarkan manfaat dengan dakwah melalui berbagai media digital, kita senantiasa harus memahami terlebih dahulu hakikat dakwah dan perkembangannya.” Pesan Prof. Sofyan kepada hadirin yang mengikuti ceramahnya.
Pada bagian awal, Prof. Sofyan mencoba menguraikan hakikat dakwah berdasarkan sudut pandang etimologis. Menurut beliau, dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu da’a, yad’u, da’wan, du’a, yang diartikan sebagai mengajak atau menyeru, memanggil, seruan permohonan, dan permintaan.
Selain itu, dakwah juga bisa dirunut secara makna terminologisnya. Menurut beliau, secara terminologis, dakwah dimaknai sebagai ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia akhirat.
Baca Juga: Rahasia Film Thor Love and Thunder, Chris Hemsworth Kesal Kedamaian Batinnya Harus Terganggu
Selanjutnya, secara berulang, beliau menyebutkan bahwa dakwah mempunyai esensi yang penting bagi perkembangan Islam.
Hal ini beliau sarikan dari QS. Ali Imran ayat 104, yang artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
“Jadi, apa hakikat dan esensi dari dakwah itu?” tanya Prof. Sofyan kepada hadirin yang dengan lugas.
Menurut beliau, dakwah Islam bertujuan untuk menanamkan akidah tauhid dalam konteks “hablun minallah” dan menegakkan keadilan sosial dalam konteks “hablun minannas”.
“Nah, pada aktualisasinya adalah ajakan amar makruf nahi mungkar.” Ulasnya.
Baca Juga: Guide Dragon Quest XI untuk Side Quest 9 A Lovely Letter
Maka, hakikat dakwah dapat dirumuskan sebagai suatu upaya untuk mengubah suatu keadaan menjadi keadaan lain yang lebih baik. Dalam hal ini, menurut tolok ukur ajaran Islam, perubahan tersebut dapat membuat seseorang atau masyarakat mengamalkan Islam sebagai ajaran dan pandangan hidup.
Di lain sisi, Prof. Sofyan pun menegaskan bahwa makna amar makruf nahi munkar ialah ajakan untuk mengerjakan kebaikan dan kebajikan, dan larangan atau pencegahan melakukan keburukan dan kemungkaran.
Dengan kata lain, istilah ini bisa diartikan sebagai hijrah dari situasi yang jelek, buruk, kacau, tidak adil, tidak makmur dan destruktif menuju situasi yang baik, bagus, aman, tenteram, adil dan makmur.
Berdasarkan uraian tersebut, dakwah merupakan kewajiban setiap muslim sepanjang masa.
Baca Juga: Kajian Surat Fussilat ayat 30: Meraih Manisnya Buah Ibadah
Hal ini sesuai dengan QS. Al Baqarah ayat 186 yang berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada katamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya akan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.”
“Karena panggilan inilah, setiap muslim penting untuk mengetahui metode-metode dakwah yang tepat. Ada tiga metode yang dapat digunakan.” Ulas Prof. Sofyan.
Menurut beliau, ketiga metode dakwah tersebut dirinci menjadi tiga istilah berikut ini, yaitu:
Pertama adalah Al-Hikmah yang diartikan sebagai bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, dan menarik perhatian orang kepada agama atau Allah.
Baca Juga: 4 Cara Pengangkatan Jabatan Fungsional Guru Menurut Aturan PermenpanRB Nomor 21 Tahun 2024
Kedua adalah Mauidloh Hasanah yang diartikan sebagai dakwah dengan cara memilih ayat Alquran dan muatan hadis yang sesuai dengan tema yang dibahas dan mudah diterima oleh mitra dakwah atau mad’u.
Ketiga adalah Al-Mujadalah yang diartikan sebagai tukar pendapat yang dilakukan dua belah pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.
Setelah menguraikan metode-metode yang tepat untuk berdakwah, Prof. Sofyan pun membahas awal mula dakwah Islam itu masuk ke Indonesia. Menurut beberapa sumber yang beliau rujuk, masuknya Islam ke Indonesia terjadi pada abad VII.
Hal itu berdasarkan rujukan zaman Dinasti Tang di China. Dalam buku “Sejarah Indonesia Periode Islam” dijelaskan media atau saluran-saluran dalam perkembangan Islam di Indonesia itu dilakukan melalui perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian, dan politik.
Baca Juga: Kemendikti Saintek Tawarkan Beasiswa Stipendium Hungaricum Scholarship Programme Tahun 2025/2026
“Dahulu penyebaran Islam melalui dakwah berjalan dengan cara para ulama mendatangi masyarakat objek dakwah, dengan menggunakan pendekatan sosial budaya.” Ujar Prof. Sofyan.
Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu, para ulama juga mendirikan pesantren-pesantren sebagai sarana pendidikan Islam.
Namun zaman terus berubah, begitu juga dengan perkembangan dakwah. Pada saat ini, dikenal metode dakwah digital.
Dakwah digital bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti desain, caption, video, rekaman atau podcast.
“Begitu juga dengan medianya, ada berbagai media sosial yang dapat digunakan seperti WhatsApp, Facebook, Instagram dan Youtube.” Jelas Prof. Sofyan.
Baca Juga: Dua Sastrawan Gaek Berulang Tahun Bersama
Namun demikian, Prof. Sofyan mengingatkan untuk senantiasa memegang syariat di tengah perkembangan zaman ini. Apalagi hal itu berkaitan dengan dakwah Islam.
Hal ini sesuai dengan kandungan QS. Al Hajj ayat 67 yang artinya: “Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari’at tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari’at) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus.”
Pentingnya syariat ketika berdakwah akan membuat dakwah menjadi tujuan hidup manusia di dunia.
Hal ini sesuai dengan kandungan QS. Fussilat ayat 33 yang artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”
Baca Juga: Kajian Surat At-Tahrim ayat 8: Bertobat Sebelum Hati Berkarat
Terakhir, Prof. Sofyan membahas tentang keutamaan berdakwah, baik dari sisi “hablun minallah” maupun sisi “hablun minannas”.
- Pahala yang sama dengan yang berbuat kebaikan.
Hal ini sesuai dengan Hadis Riwayat Muslim yang artinya, “Rasulullah Saw bersabda: ‘Barangsiapa yang menunjukkan kepada sebuah kebaikan maka baginya seperti pahala pelakunya’.”
- Jalan menuju khairu ummah.
Khairu ummah adalah umat terbaik yang pernah ada, seperti yang telah disebutkan dalam QS. Ali Imron ayat 110 yang artinya, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
- Bukti cinta kepada Rasulullah Saw.
Hal ini sesuai dengan QS. Yusuf ayat 108 yang artinya, “Katakanlah: ‘Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik’.”
Baca Juga:Kajian Surat Al-Mulk ayat 23: Menggali Tiga Potensi Manusia
- Penyelamat dari azab Allah Swt.
Hal ini sesuai dengan QS. Al Araf ayat 163 yang artinya, “Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.”
Pada akhir ceramahnya, Prof. Sofyan berdoa agar kita termasuk ke dalam umat Islam yang senantiasa diberikan kesabaran ketika berdakwah di jalan yang lurus. Maka, beliau mengajak berdoa berdasarkan QS. Al Ankabut ayat 14 berikut ini:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.”
Wallahualam. (*)
(*Tulisan ini dimuat pertama kali di: https://www.nongkrong.co/sejarah/pr-4313833950/hakikat-dakwah-dan-perkembangannya?page=4 pada 7 Juli 2022)