
PANJI-PRATAMA.COM – Penulis buku Manajemen Berbasis Pendidikan Nilai, Prof. DR. KH. Sofyan Sauri, M.Pd., sering kali menyampaikan kajiannya dari Masjid Al-Falaq, Gegerkalong, Bandung. Kali ini beliau menyampaikan kuliah subuh tentang “Bertobat sebelum Hati Berkarat dan Terkunci”. Topik ini berdasarkan kajian QS. At-Tahrim ayat 8 yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka berkata, ‘Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sungguh, Engkau Maha kuasa atas segala sesuatu’. (QS At-Tahrim: 8).”
Pada bagian awal, Prof. Sofyan mencoba menguraikan asal muasal ayat ini berdasarkan interpretasi para mufasir. Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa tobat yang sebenarnya dapat merapikan diri pelakunya, menyegarkannya kembali, serta menjadi benteng bagi dirinya dari mengerjakan kembali perbuatan-perbuatan yang rendah.
Baca Juga: Kajian Surat Al Baqarah ayat 83
Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Imam Qhurtuby, sebagaimana dinukil oleh Burhanudin Al-Biqa’y, yang menjelaskan bahwa ada empat hal yang terkandung dalam tobat, yaitu: (1) istigfar dengan lisan, (2) melepaskan yang bukan haknya, (3) menyesali dan berniat untuk tidak mengulangi perbuatannya, dan (4) meninggalkan atau menghindari tempat pergaulan maksiat.
Dari pendapat para ulama tersebut, dapat disimpulkan bahwa tobat yang murni ialah bila seseorang menghentikan dirinya dari perbuatan dosa di saat itu juga, kemudian ia menyesali apa yang telah dilakukannya di masa lalu, dan bertekad di masa mendatang ia tidak akan mengerjakan hal itu lagi.
Maka, dalam QS At-Tahrim ayat 8 ini, Allah mewajibkan kepada orang yang benar-benar taat kepada Allah dan Rasul-Nya agar kembali bertobat kepada Allah dari dosa-dosa yang dikerjakannya. Dengan melaksanakan tobat yang murni dan ikhlas, maka Allah akan menghapus kesalahan dan dosa seorang hamba. Tobat murni yang dimaksud adalah Taubatan Nasuha.
“Jadi, mengenai ihwal taubatan nasuha ini: Muadz ibn Jabal pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. seperti yang diriwayatkan oleh Ibn Miskawaih dari Ibn Abbas, yaitu seorang hamba yang menyesali dosanya dan berjanji kepada Allah untuk tidak mengulanginya lagi.” Ulas Prof. Sofyan.
Baca Juga: Kajian Surat Al Mulk ayat 23
Selanjutnya, Prof. Sofyan menyampaikan bahwa dalam ayat tersebut, umat Islam dapat mengambil inti sari tiga nilai-nilai yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Nilai-nilai pendidikan dalam ayat tersebut penting diketahui agar umat Islam mampu berpikir yang terbaik bagi pengelolaan hidup di masa kini dan masa depan.
Nilai pendidikan yang paling pertama adalah “mendidik menjadi seorang yang bertanggung jawab dan senantiasa ber-muhasabah atas apa yang diperbuat.”
Nilai pendidikan kedua adalah “mendidik menjadi seorang ahli tobat dan tidak mengulangi kembali segala kesalahan.”
Nilai pendidikan ketiga adalah “meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Allah agar menjadi seorang yang suci dan senantiasa membersihkan diri.”
Ketiga nilai pendidikan berdasarkan ayat tersebut penting ditadaburi agar manusia dapat melepaskan diri dari hati yang terkunci. Hati yang menjadi buta dan terkunci dari kebenaran muncul dikarenakan dosa dan maksiat yang dilakukan.
Baca Juga: Kajian Surat Al Mujadalah ayat 11
“Hal ini sebagaimana telah disampaikan dalam surat Al-Baqarah ayat 7, yaitu ‘Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat’.” Lanjut Prof. Sofyan.
Dampak yang paling mengerikan ketika hati seorang manusia sudah terkunci adalah ia tak mampu lagi mengenali jalan yang harus ditempuh. Ia pun terjerumus dalam kesesatan dan kemerosotan. Pada akhirnya, ia membuang kunci kebahagiaannya dengan tangannya sendiri. Kemudian, jika ia mengulang dosa, noda itu bertambah hingga hatinya penuh.
Yang paling menakutkan, noda itu dapat membuat hati menjadi berkarat. Syech Abdul Qadir Al Jailani dalam kitab al-Fath ar-Rabbani wa al-Faidh ar-Rahmani mengatakan bahwa hati itu bisa berkarat.
“Jika tidak dirawat, hati akan menjadi hitam kelam karena jauh dari cahaya. Selain karena dosa, hati menjadi hitam karena cinta dan rakusnya terhadap dunia, tanpa punya sikap wara’ dan tidak pernah puas.” Ujar Prof. Sofyan.
Baca juga: Kajian Surat Al Kahfi ayat 13
Maka, Prof. Sofyan sekali lagi mengajak umat Islam agar segera membersihkan hati yang berkarat dengan cara:
Pertama, membaca Al-Quran.
Hal ini sebagaimana QS Al-Isra ayat 82 yang berbunyi “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”
Kedua, mengingat mati.
Seseorang yang terlalu cinta kepada dunia sering lupa bahwa sebetulnya ia hanya hidup sebentar saja. Maka, bersegeralah mengingat akhir hayatnya sehingga ia terlepas dari belenggu ketergantungan kepada dunia.
Ketiga, menghadiri majelis zikir.
Berzikir adalah upaya kita sebagai makhluk yang lemah untuk senantiasa mengingat Sang Pencipta. Upaya ini dapat membersihkan karat di hati.
Setelah seseorang telah beranjak untuk membersihkan hatinya, maka akan terlihat beberapa perubahan dalam dirinya. Hal itulah yang menurut Syech Abdul Qadir Al Jailani dalam kitab Al-Ghunyah sebutkan sebagai Empat Tanda Orang yang Bertobat, yaitu:
- Ia menjaga lisannya dari sifat curiga, gunjing, dan bohong.
- Ia tidak melihat orang lain sebagai musuh dan dengki.
- Ia menghindar dan tidak bergaul dengan orang-orang yang tidak baik karena mereka bisa mengalihkan maksud tobat dan menggoda orang yang sedang tobat.
- Ia siap untuk mati dalam keadaan menyesal, minta ampun dari dosa yang pernah dilakukan, dan bersungguh-sungguh dalam menaati Allah Swt.
Baca Juga: Gus Yahya, dari Cerpenis Muda 1980-an Menjadi Ketua PBNU 2021 Sampai 2026
Pada akhir ceramahnya, Prof. Sofyan mengajak agar kita berupaya termasuk ke dalam golongan orang yang mencintai istigfar. Oleh karena itu, dirinya menutup kajian dengan doa yang dikutip dari Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim yang artinya:
“Tuhanku, ampunilah kekeliruan dan kebodohanku, kelewatbatasku dalam sebuah hal, dan dosaku yang mana Kau lebih tahu dariku. Tuhanku, ampunilah dosaku dalam serius dan gurauanku, kekeliruan dan kesengajaanku. Apa pun itu semua berasal dariku. Tuhanku, ampunilah dosaku yang terdahulu dan terkemudian, dosa yang kusembunyikan dan kunyatakan, dan dosa yang mana Kau lebih tahu dariku. Kau maha terdahulu. Kau maha terkemudian. Kau maha kuasa atas segala sesuatu.”(*)
(*Tulisan ini dimuat pertama kali di: https://www.nongkrong.co/lifestyle/pr-4313717755/kajian-surat-at-tahrim-ayat-8-bertobat-sebelum-hati-berkarat?page=3 pada 22 Juni 2022)
3 thoughts on “Kajian Surat At-Tahrim ayat 8: Bertobat Sebelum Hati Berkarat”