PANJI-PRATAMA.COM – Dua sastrawan gaek tanah air melangsungkan acara syukuran hari ulang tahun secara bersama-sama. Dua sastrawan tersebut adalah Abdul Hadi WM dan Sutardji Calzoum Bachri.
Dikutip dari Facebook jurnalis @Herman Syahara , acara syukuran ulang tahun tersebut dilangsungkan di kediaman Abdul Hadi WM pada Jumat (24/6). Beberapa sahabat dari kalangan budayawan dan jurnalis tampak hadir mengabadikan acara intim tersebut .
Namun, ada hal yang menarik dalam acara tersebut. Hal itu terjadi ketika kedua penulis yang saling takzim tersebut melakukan adegan suap-suapan. Sutardji Calzoum Bachri tampak kue pertama, lalu dilanjutkan oleh Abdul Hadi WM. Sejenak kemudian, Abdul Hadi WM menyuapi Sutardji Calzoum Bachri dan dibalas dengan suapan yang lebih besar oleh Sutardji Calzoum Bachri.
“Sudah-sudah nanti bisa diabetes ini.” Seru Sutardji Calzoum Bachri.
Baca Juga: Keseruan Jurassic World Dominion
Sutardji Calzoum Bachri sendiri merupakan potret kontemporer penting dalam perkembangan Puisi Indonesia. Beliau dijuluki sebagai Presiden Penyair Indonesia oleh para penggemarnya. Bahkan, Lembaga Adat Melayu Riau pada tahun 2018 memberi gelar Datuk Seri Pujangga Utama karena dedikasi dan karya adiluhungnya yang memelopori Angkatan 1970-an.
Pencetus istilah “Kredo Puisi” tersebut lahir di Riau, pada tanggal 24 Juni 1941. Salah satu puisinya yang sangat terkenal berjudul Tragedi Winka dan Sihka. Puisi yang mengandung pesan tentang cinta kasih yang awalnya indah dalam perkawinan itu dapat diubah menjadi berantakan itu banyak dipelajari oleh para akademisi tanah air.
Buku kumpulan puisinya telah sangat populer dan diterbitkan oleh sejumlah penerbit nasional. Bahkan, banyak dari sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri yang diterjemahkan ulang dalam bahasa asing. Beberapa di antaranya termuat dalam buku Arjuna in Meditation (Kolkata, India, 1976), Writing from the World (Amerika Serikat), Westerly Review (Australia), Dichters in Rotterdam (Rotterdamse Kunststichting, 1975), dan Ik wil nog duizend jaar leven, negen moderne Indonesische dichters (1979).
Berbagai penghargaan terbaik yang pernah disematkan pada Sutardji Calzoum Bachri adalah The S.E.A. Write Award dari Kerajaan Thailand (1979), Anugerah Seni Pemerintah Republik Indonesia (1993), Anugerah Sastra Chairil Anwar dari Dewan Kesenian Jakarta (1998), Anugerah Sastra Dewan Kesenian Riau (2000), Anugerah Sastra Majelis Sastra Asia Tenggara dari Brunei Darusalam (2006), Anugerah Seni Akademi Jakarta (2007), dan Bintang Budaya Parama Dharma dari Pemerintah Indonesia (2008).
Baca Juga: Metode Penelitian dalam Pendidikan
Selanjutnya, Abdul Hadi WM merupakan penyair sekaligus akademisi yang begitu dihormati di Indonesia. Prof. Dr. Abdul Hadi W.M. mengajar di beberapa universitas besar, seperti Fakultas Filsafat Universitas Paramadina, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, dan Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta, dan The Islamic College for Advanced Studies (ICAS) London, Jakarta.
Bernama lengkap Abdul Hadi Wiji Muthari, sang penyair diingat oleh para penikmatnya sebagai penulis puisi-puisi sufistik, mistisme, dan pluralisme. Beliau lahir di Madura pada tanggal 24 Juni tahun 1946. Salah satu puisinya yang berjudul Tuhan, Kita Begitu Dekat melukiskan hubungan seorang manusia dengan wujud keilahian sebagai sebuah persatuan yang tinggi.
Beliau juga sangat ulet dalam menerbitkan penelitian-penelitian terkait bidang Kesusasteraan Melayu Nusantara dan bidang Filsafat. Penelitian-penelitian tersebut telah dapat dibaca dalam buku-buku seperti Kembali ke Akar Kembali ke Sumber: Esai-esai Sastra Profetik dan Sufistik (Pustaka Firdaus, 1999), Islam: Cakrawala Estetik dan Budaya (Pustaka Firdaus, 1999), Tasawuf Yang Tertindas (KPG, 2021), dan puluhan buku lainnya.
Selain itu, puisi-puisinya terserak di berbagai media nasional dan internasional. Bahkan, buku kumpulan puisinya telah bisa dibaca dalam bahasa Inggris, Prancis, Belanda, Jepang, Jerman, Cina, Thailand, Arab, Bengali, Urdu, Korea, dan Spanyol.
Berbagai penghargaan terbaik yang pernah diraih oleh Abdul Hadi WM adalah Puisi Terbaik II Majalah Sastra Horison (1969), Buku Puisi Terbaik dari Dewan Kesenian Jakarta (1977), Hadiah Sastra ASEAN dari Putra Mahkota Thailand (1985), Anugerah Mastera dari Majelis Sastra Asia Tenggara (2003), Penghargaan Satyalancana Kebudayaan Pemerintah Republik Indonesia (2010), dan Habibie Award (2014).(*)
(*Tulisan ini dimuat pertama kali di: https://www.nongkrong.co/event-viral/pr-4313740942/dua-sastrawan-gaek-berulang-tahun-bersama?page=2 pada 25 Juni 2022)
2 thoughts on “Dua Sastrawan Gaek Berulang Tahun Bersama”