PANJI-PRATAMA.COM – Setelah melalui penelitian panjang pada tahun 2020, beberapa pakar telah mengumumkan vaksin-vaksin yang diklaim efektif guna mengatasi coronavirus. Sejumlah besar negara di dunia, termasuk Indonesia, menjadwalkan program vaksinasi massal kepada warganya.
Menurut Kemkes.go.id, total suntikan vaksinasi dosis kesatu dan dosis kedua di Indonesia mencapai lebih dari 148 juta dosis pada triwulan keempat tahun 2021. Upaya membanggakan ini tak lain demi mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) sehingga penyebaran COVID-19 dapat dikendalikan. Dengan begitu, upaya pembenahan ekonomi negara dapat difokuskan.
Namun demikian, harapan masyarakat Indonesia dapat beraktivitas normal seperti sedia kala, sepertinya harus ditunda kembali. Aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 akan segera diberlakukan kembali. Hal ini dilakukan sebagai upaya mencegah lonjakan COVID-19 pada saat Natal 2021 dan Tahun Baru 2022. Selain itu, terdapat banyak kekhawatiran para pakar atas munculnya varian baru dari coronavirus yang bisa saja tidak mempan terhadap vaksin.
Baca Juga: Tips Liburan Nataru
Kekhawatiran ini disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto di hadapan sejumlah wartawan pada pertengahan November 2021. “Pada saat Delta varian naik, itu suntikan pertama mencapai 25 persen. Suntikan kedua sudah melampaui 40 persen. Namun, terkait pandemi COVID-19, situasi ke depan yang kita jaga adalah Natal dan Tahun Baru.”
Kekhawatiran ini juga tidak lain mengikuti arahan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menetapkan beberapa varian baru coronavirus sebagai variant of concern (VOC) atau daftar “varian perhatian”. Beberapa varian yang masuk dalam kategori variant of concern COVID-19, antara lain Alpha, Beta, Gamma, Delta, dan Omricron.
- Varian Alpha (B.1.1.7)
Varian Alpha (B.1.1.7) merupakan hasil mutasi coronavirus generasi awal. Varian ini telah resmi masuk daftar Variant of Concern karena telah terbukti mengakibatkan peningkatan penularan, keparahan penyakit, berkurangnya efek antibodi, penurunan efektivitas vaksin atau obat, atau kegagalan deteksi diagnostik.
Dalam sebuah laporan penelitian di BioRxiv, Amerika Serikat, varian Alpha ini diduga berasal dari Inggris. Virus ini lebih mampu beradaptasi untuk menggagalkan sistem kekebalan bawaan manusia. Pasien yang terinfeksi varian ini mempunyai gejala umum seperti batuk terus-menerus, demam, kehilangan daya penciuman dan perasa, menggigil, kehilangan selera makan, nyeri otot, dan sakit kepala.
Baca Juga: Road to SNMPTN
- Varian Beta (B.1.351)
Varian Beta (B.1.351) diduga pertama kali muncul di Afrika Selatan pada September 2020. Kengerian varian ini terletak pada kemampuannya dalam bermutasi dalam bentuk protein yang disebut spike. Protein itulah yang membuat virus tersebut mampu menempel erat dan cepat pada sel manusia.
Varian ini telah masuk daftar Variant of Concern karena kemampuannya untuk menyebar sangat cepat dari Afrika Selatan. Selain itu, para ahli mengatakan bahwa beberapa vaksin yang telah ditemukan sebelumnya masih kurang mampu melawan varian ini.
COVID-19 pernah disebut sebagai penyakit 1.000 wajah karena perbedaan gejala yang dirasakan oleh pasien satu dengan lainnya. Namun demikian, dalam sejumlah riset mengenai gejala yang dirasakan oleh pasien Varian Beta, terdapat beberapa gejala khas yang sering ditemukan, yaitu: demam, anosmia (tidak mampu mencium bau), sakit kepala, batuk berkepanjangan, sakit perut, dan sakit tenggorokan.
- Varian Gamma (P.1)
Varian Gamma (P.1) ditemukan setelah terjadi ledakan wabah di Brasil yang memicu kenaikan angka kematian secara drastis. Itulah sebabnya, varian ini disebut-sebut sebagai satu-satunya varian coronavirus asal Amerika Latin yang masuk kriteria Variant of Concern dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Virus varian ini menyebar dua kali lipat daripada virus generasi awal. Hal ini pula yang mengakibatkan sejumlah negara yang berbatasan dengan Brasil begitu kewalahan saat varian ini menyerang. Kejadian itu pula yang membuat negara-negara tetangga Brasil langsung menutup perbatasan dengan negeri itu demi mengurangi risiko penularan.
Dalam sejumlah penelitian, gejala umum yang dijumpai pada pasien varian Gamma (P.1) ini mencakup: demam, batuk kering, kelelahan ekstrem dan hilangnya daya penciuman.
Baca Juga: Review Buku Angkatan Puisi Esai 3
- Varian Delta (B.1.617.2)
Varian Delta (B.1.617.2) dikategorikan sebagai Variant of Concern oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) karena tingkat penularannya yang signifikan dan banyak negara yang melaporkan kasus varian tersebut. Hal itu terbukti setelah para ahli mengonfirmasi telah menemukan varian tersebut di 62 negara pada 1 Juni 2021. Padahal awalnya, varian itu pertama kali ditemukan di India beberapa bulan sebelumnya.
Virus varian ini menyebabkan gejala yang lebih parah daripada jenis virus aslinya. Penelitian juga menunjukkan bahwa vaksin yang tersedia saat ini belum cukup efektif melawan varian ini.
Berbagai gejala akibat infeksi coronavirus varian Delta ini dapat bersifat ringan hingga berat. Beberapa gejala yang umum muncul pada Varian Delta adalah demam, pilek, sakit kepala, dan sakit tenggorokan. Sebagian besar pasien mengalami keluhan tersebut bertambah parah dalam waktu 3–4 hari.
Di samping gejala tersebut, pasien Varian Delta juga mungkin akan merasakan gejala umum COVID-19, seperti batuk, sesak napas, kelelahan, anosmia, nyeri otot, serta gangguan pencernaan.
- Varian Omicron (B.1.1.529)
Varian Omicron (B.1529) merupakan varian coronavirus terbaru yang ditemukan pada 9 November 2021. Varian ini langsung masuk ke dalam kategori Variant of Concern oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) karena memiliki tingkat penularan tinggi, virulensi yang tinggi, dan menurunkan efektivitas diagnosis, terapi, serta vaksin yang ada.
Pada awalnya, varian itu pertama kali ditemukan di Afrika Selatan dan telah menyebar dalam waktu kurang dari sebulan ke berbagai negara seperti Inggris, Jerman, Belgia, hingga Hong Kong.
Baca Juga: Pedang Roronoa Zorro
Banyak Virolog yang mengkhawatirkan varian Omicron ini karena jumlah mutasinya yang sangat tinggi. Dalam satu waktu, mutasinya dapat mencapai 30 sel kunci protein spike. Banyak ahli juga berpendapat bahwa vaksin COVID-19 yang ada saat ini tidak efektif terhadap varian ini.
Berbeda dengan gejala pasien COVID-19 kebanyakan, Varian Omicron justru mengalami gejala yang sangat berbeda dan relatif ringan. Pasien hanya merasakan gejala nyeri otot dan kelelahan selama satu atau dua hari. Namun demikian, justru gejala itulah yang cukup berbahaya karena disepelekan banyak pasien sehingga tidak langsung menghubungi rumah sakit saat gejala itu dirasakan.
Demikian lima varian coronavirus berbahaya yang telah dikategorikan Variant of Concern oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Agar meminimalisasi berbagai kemungkinan buruk yang terjadi, ada baiknya kita mengikuti anjuran pemerintah untuk membatasi kegiatan selama libur Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 kali ini. Semoga kita tetap sehat dan selamat.***
(*Tulisan ini dimuat pertama kali di: https://bogor.urbanjabar.com/nasional/pr-2681928714/tak-cuma-delta-ini-4-varian-coronavirus-mematikan-lainnya?page=3 pada 28 November 2021)
1 thought on “Tak Cuma Delta, Ini 4 Varian Coronavirus Mematikan Lainnya”