Tiga Hikayat Abu Nawas, Singkat dan Lucu yang ada di artikel ini merupakan tiga cerita pilihan dari kisah klasik Arab 1001 malam yang mahsyur. Dalam hal ini, tiga hikayat Abu Nawas yang terpilih berjudul Hikayat Abu Nawas dan Rumah Sempit, Hikayat Abu Nawas dan Botol Ajaib, serta Hikayat Abu Nawas dan Enam Ekor Lembu yang Pandai Bicara.
Kami sengaja menerjemahkan tiga hikayat Abu Nawas ini ke dalam Bahasa Indonesia agar siswa mudah memahami alur ceritanya. Selain itu, kami sengaja merangkum ceritanya menjadi lebih singkat dari versi aslinya agar siswa kelas X SMA/SMK fokus dengan isi ceritanya. Meski demikian, kami mengharapkan siswa yang mempelajari hikayat untuk membaca versi asli dari Hikayat Abu Nawas.
Baca juga: Hikayat ringkas Hang Tuah dan konsep dasar hikayat
1. Hikayat Abu Nawas dan Rumah Sempit
Perkenalan
Alkisah, terdapat seorang lelaki yang datang ke rumah Abu Nawas. Pria tersebut ingin berkeluh kesah tentang masalah yang sedang dihadapinya. Ia pun merasakan sedih dikarenakan rumahnya sangat terasa sempit karena banyak orang tinggal di sana.
Masalah 1
“Wahai Abu Nawas, Saya mempunyai seorang istri dan juga 8 orang anak tetapi rumah saya sangat sempit. Setiap harinya mereka mengeluh dan juga tidak nyaman tinggal di rumah itu. Kami pun ingin pindah dari rumah tersebut, tetapi kami tidak memiliki uang. Jadi tolonglah katakan kepadaku apa yang bisa aku lakukan,” tanyanya.
Mendengar curhatan lelaki yang sedang sedih tersebut, Abu Nawas pun berpikir sejenak. Tak berapa lama kemudian, suatu ide lewat di kepalanya.
“Kamu memiliki domba di rumahmu?”
Abu Nawas bertanya kepada lelaki tersebut.
“Aku tidak menaiki domba maka dari itu aku tak mempunyainya,” jawab lelaki tersebut.
Kemudian, ketika mendengar jawabannya itu, Abu Nawas pun meminta lelaki itu untuk membeli seekor domba dan menyuruhnya agar menaruh domba tersebut di dalam rumah.
Lelaki tersebut kemudian mengikuti usulan dari Abu Nawas dan ia pun pergi untuk membeli domba.
Masalah 2
Esok harinya, ia pun datang lagi ke rumah Abu Nawas.
“Abu Nawas, bagaimana ni? Nyatanya rumahku sekarang semakin sempit dan juga berantakan.”
“Ya sudah kalau begitu kamu cobalah membeli 2 ekor domba lagi dan kamu dapat memeliharanya di rumahmu juga,” jawab Abu Nawas.
Kemudian, pria itu pun pergi ke pasar dan membeli lagi dua ekor domba seperti yang Abu Nawas sarankan. Akan tetapi, hasilnya tak sesuai dengan harapan karena rumahnya semakin terasa sempit.
Masalah 3
Dengan sangat jengkel, Ia pun pergi menghadap Abu Nawas ketiga kalinya untuk mengadukan masalah yang sama.
Ia pun menceritakan segala apa yang sudah terjadi, termasuk tentang istrinya yang menjadi marah-marah dikarenakan domba itu.
Peleraian
Mendengar hal itu, Abu Nawas lantas menyarankan untuk menjual semua domba yang lelaki itu miliki.
Esok harinya, Abu Nawas dan lelaki tersebut bertemu lagi. Lalu, Abu Nawas menanyakan sesuatu kepadanya.
“Bagaimana rumahmu sekarang? sudah merasa lega?”
“Aneh sekali. Setelah aku menjual domba tersebut, rumahku menjadi nyaman ketika ditinggali. Istriku pun sudah tak lagi marah-marah,” jawab lelaki tersebut seraya tersenyum.
Penyelesaian
Akhirnya, Abu Nawas pun bisa menyelesaikan masalah lelaki tersebut.
Baca juga: Contoh teks LHO tentang sanggar tari
2. Hikayat Abu Nawas dan Botol Ajaib
Perkenalan
Alkisah, suatu hari Raja Harun Ar-Rasyid memanggil Abu Nawas untuk datang ke Istana.
Baginda Raja pun menyambut Abu Nawas dengan hangat ketika sampai di istana. Tujuan Baginda Raja memanggil Abu Nawas adalah untuk menyelesaikan masalah Baginda Raja yang tidak bisa cukup sulit.
Masalah 1
Beberapa hari terakhir, Baginda Raja sedang mengalami sakit perut. Berdasarkan pemeriksaan tabib istana, Baginda Raja mengalami serangan angin.
Abu Nawas sangat heran dan bingung dengan perkataan Baginda Raja. Namun demikian, ia memberanikan diri untuk bertanya kepada baginda tentang pekerjaan yang Abu Nawas harus lakukan.
“Tangkap dan penjarakanlah angin itu untukku,” titah Baginda Raja.
Masalah 2
Mendengar perintah tersebut, tentu Abu Nawas sangat terkejut dan merasakan sesuatu yang tidak lazim. Nahasnya, Abu Nawas hanya punya waktu selama tiga hari untuk menuntaskan tugas dari Baginda Raja.
Saat sedang di perjalanan, Abu Nawas hanya bisa terdiam dan kebingungan dalam menemukan solusi untuk menangkap angin. Padahal, manusia tidak dapat menyentuh, melihat, apalagi menangkap angin.
Seiring dengan kebimbangan yang melanda hati Abu Nawas, waktu pun terus berjalan. Pada hari kedua, Abu Nawas masih belum juga menemukan cara dalam mewujudkan perintah Baginda Raja.
Peleraian
Abu nawas masih terus berpikir. Hingga ia sadar bahwa Jin tidak bisa terlihat.
Ia sangat gembira. Abu Nawas pun menyiapkan dan membawa botol ke istana.
Setibanya di istana, Baginda Raja langsung bertanya tentang angin yang harus ditangkap Abu Nawas.
Ia pun memberikan botol yang sudah dibawanya kepada Baginda Raja. Lalu, Abu Nawas menunjukkan bahwa angin tersebut telah ada di dalam botol.
Baginda Raja kemudian membuka botol sesuai dengan imbauan Abu Nawas. Baginda Raja sangat terkejut mencium bau busuk yang berasal dari botol tersebut.
Beliau pun bertanya kepada Abu Nawas, bau apa yang sangat busuk itu. Dengan sedikit khawatir, Abu Nawas mengatakan bahwa itu merupakan angin kentut yang dimasukkannya ke dalam botol dan ditutup rapat agar tidak keluar.
Penyelesaian
Baginda tidak marah karena yang dijelaskan oleh Abu Nawas sangat masuk akal dan ia meraih imbalan karena tuntas menjalankan perintah Raja Harun Ar-Rasyid.
Baca juga: Artikel pendidikan tentang pembelajaran puisi
3. Hikayat Abu Nawas dan Enam Ekor Lembu yang Pandai Bicara
Perkenalan
Di suatu pagi hari yang cerah, Raja Harun Ar-Rasyid memanggil Abu Nawas untuk datang ke Istana. Baginda Raja ingin menguji kecerdasan Abu Nawas.
Setelah sampai di hadapan Baginda Raja, Abu Nawas memberikan penghormatan.
Masalah 1
“Wahai, Abu Nawas, aku menghendaki enam lembu dengan jenggot yang pandai berbicara. Bisakah kau mendatangkannya dalam kurun waktu seminggu? Jika gagal, maka aku akan memenggal lehermu,” titah Baginda Raja.
“Baik, Tuanku Syah Alam. Hamba akan menjunjung tinggi titah tuanku,” jawab Abu Nawas.
Seluruh punggawa istana pun berkata dalam hati, “Mampus kau Abu Nawas!”
Abu Nawas memohon untuk undur diri dan pulang ke rumah. Begitu sampai di kediamannya, Abu Nawas duduk terdiam diri dan merenungkan kehendak Sang Baginda Raja.
Satu hari lamanya, ia tidak ke luar rumah hingga membuat para tetangga bertanya-tanya. Ia baru saja ke luar rumah usai seminggu kemudian. Tepatnya sesuai dengan batas waktu yang diberikan oleh Raja Harun Ar-Rasyid yang sudah tiba di depan mata.
Masalah 2
Abu Nawas dalam perjalanan pergi ke istana, lalu berkata pada orang-orang yang lewat, “Wahai masyarakat Baghdad, hari apakah hari ini?”
Masyarakat tidak ada yang menjawab.
Orang yang berhasil menjawab benar akan dilepaskan, tapi orang yang menjawab salah akan ditahannya. Rupanya, tidak ada seseorang yang berhasil menjawab dengan benar. Sikap mereka yang plin-plan itu seperti lembu yang berjenggot.
“Menjawab begitu saja kalian tidak bisa. Jikalau begitu, marilah kita menghadap ke Raja Harun Ar-Rasyid untuk mencari jawaban yang sesungguhnya,” kata Abu Nawas memperlihatkan wajah kesal.
Akhirnya, balairung istana Baghdad dipenuhi dengan warga yang ingin mengetahui kesanggupan Abu Nawas yang membawa enam ekor lembu yang berjenggot.
Peleraian
Ketika tiba di hadapan Raja Harun, ia pun melakukan sembah dan duduk dengan penuh khidmat.
Lalu, Sultan berkata, “Hai Abu Nawas, di mana lembu yang memiliki jenggot dan lihai berbicara itu?”.
Tanpa banyak berucap, Abu Nawas menunjuk keenam orang yang datang bersamanya itu, “Inilah mereka, wahai Tuanku Syah Alam.”
“Gerangan apakah yang hendak engkau tampakkan kepadaku, Wahai Abu Nawas?”
“Tuanku, silakan untuk menanyakan kepada lembu-lembu ini tentang hari saat ini,” tutur Abu Nawas.
Saat Raja Harun bertanya, rupanya orang-orang yang hadir di balairung memberikan jawaban yang berbeda-beda.
Maka Abu Nawas berujar, “Jikalau mereka manusia, tentu tahu bila hari ini hari apa. Apalagi jika tuanku bertanya tentang hari lain, maka mereka akan tambah pusing.”
“Apakah mereka manusia atau binatang?”
“Wahai Tuanku, inilah lembu jenggot yang pintar bercakap itu.”
Penyelesaian
Raja Harun sempat heran mengetahui Abu Nawas yang pandai dalam melepaskan diri dari hukuman yang mengancam. Maka, Sultan pun memberikannya hadiah sebanyak 5.000 dinar untuk Abu Nawas.
Demikianlah tiga hikayat Abu Nawas yang singkat, tetapi lucu. Setiap tingkah dan pemikiran Abu Nawas selalu membuat pembaca terpingkal, sekaligus merenungkan hikmah di balik perbuatan yang dilakukan oleh tokoh rekaan tersebut.