Materi – Konsep Dasar Sampah ini merupakan artikel yang membahas tentang pertemuan kedua kegiatan P5 dengan tema Gaya Hidup Berkelanjutan. Kemudian, Materi – Konsep Dasar Sampah ini cocok sebagai salah satu materi dalam kegiatan P5 dan sosialisasi di pertemuan-pertemuan awalnya. Materi – Konsep Dasar Sampah ini merupakan bagian dari kegiatan P5 di Fase E kelas X (Sepuluh).
Gambar 1 Pengolahan Sampah (Sumber: https://smpn3pakem.sch.id/blog/pengolahan-sampah/)
Pengertian Sampah
Sampah adalah buangan yang hasil dari suatu proses produksi baik domestik (rumah tangga) maupun industri. Dalam Undang-undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pengertian sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik yang bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai dan sudah tidak berguna lagi sehingga terbuang ke lingkungan.
Tinjauan sumbernya, sampah berasal dari beberapa tempat, yakni:
1) Sampah dari pemukiman penduduk pada suatu pemukiman biasanya penghasil sampah adalah suatu keluarga yang tinggal di suatu bangunan atau asrama. Jenis sampahnya adalah organik, seperti sisa makanan atau sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik dan lainnya.
2) Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan tempat tempat umum adalah tempat yang mungkin banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan. Tempat-tempat tersebut mempunyai potensi yang cukup besar dalam memproduksi sampah termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampahnya adalah sisa-sisa makanan, sayuran dan buah busuk, sampah kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng-kaleng serta sampah lainnya.
Kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari sampah dan dalam kegiatannya manusia senantiasa menghasilkan sampah baik sampah organik maupun non organik.
Jenis-Jenis Sampah
Berdasarkan asal atau sumbernya, penggolongan sampah padat menjadi 2 (dua), yaitu sebagai berikut:
1. Organik
Sampah organik adalah sampah yang berasal dari bahan-bahan hayati yang dapat mikroba degradasi atau bersifat biodegradable. Jenis ini dengan mudah dapat terurai melalui proses alami. Buangan rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Yang termasuk sampah organik, misalnya: sampah dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting. Selain itu, pasar tradisional juga banyak menyumbangkan sampah organik seperti sampah sayuran, buah-buahan dan lain-lain.
2. Non-organik
Sampah non-organik (anorganik) adalah sampah yang berasal dari bahan-bahan non-hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang. Pembedaan sampah anorganik adalah sampah logam dan produk-produk olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan keramik, serta sampah detergen. Sebagian besar anorganik tidak dapat terurai oleh alam/mikroorganisme secara keseluruhan (unbiodegradable). Sementara, sebagian lainnya hanya dapat terurai dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan kaleng.
Dampak Negatif Sampah Tidak Terkelola dengan Baik
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit.
Potensi penyakit yang dapat timbul, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Penurunan Kualitas Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit.
Potensi penyakit yang dapat timbul antara lain adalah sebagai berikut:
- Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
- Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
- Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita(taenia). Cacing ini sebelumnya masuk kedalam pencernaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
2. Penurunan Kualitas Lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam saluran drainase, saluran irigasi atau sungai akan mencemari air yang ada. Berbagai organisme termasuk ikan menjadi terancam keberadaannya dan bahkan bisa lenyap sehingga ekosistem perairan biologis pun bisa berubah. Penguraian sampah yang di buang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini pada konsentrasi tinggi dapat meledak.
3. Penurunan Kualitas Sosial dan Ekonomi
- Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat, yang juga berarti semakin meningkatnya biaya pemeliharaan kesehatan untuk pengobatan.
- Menurunnya kenyamanan bertempat tinggal akibat penumpukan sampah yang tidak terkelola dengan baik, dan menciptakan pemandangan yang tidak sedap dan tidak sehat.
- Penurunan kualitas infrastruktur seperti saluran drainase, irigasi dan jalan akibat masuknya sampah ke dalam saluran.
- Terganggunya aktivitas ekonomi akibat gangguan polusi baud an visual akibat pengelolaan sampah yang kurang baik.
Konsep 3R
Pengelolaan sampah dengan konsep ini, secara umum adalah upaya pengurangan pembuangan sampah, melalui program menggunakan kembali (Reuse), mengurangi (Reduce), dan mendaur ulang (Recycle).
- Reuse (menggunakan kembali) yaitu penggunaan kembali sampah secara langsung,baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain.
- Reduce (mengurangi) yaitu mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya sampah.
- Recycle (mendaur ulang) yaitu memanfaatkan kembali sampah setelah mengalami proses pengolahan.
Pengelolaan Sampah di Sekolah
Di lingkungan sekolah, pengelolaan sampah membutuhkan yang perhatian serius. Dengan komposisi sebagian besar penghuninya adalah anak-anak (warga belajar) tidak menutup kemungkinan pengelolaannya pun belum optimal. Namun, pemakaiannya juga bisa sebagai media pembelajaran bagi siswa-siswinya. Salah satu parameter sekolah yang baik adalah berwawasan lingkungan.
Jenis sampah yang lumayan banyak di sekolah adalah plastik. Sampah ini sebagian besar terdiri dari bungkus plastik dan botol minuman mineral. Untuk jenis terakhir inilah yang sekarang banyak orang cari. Botol minuman bekas yang berbahan plastik PET bisa manusia daur ulang menjadi biji plastik. Demikian juga halnya dengan kaleng minuman bekas yang berbahan logam. Sampah jenis ini juga sebaiknya melalui proses pemilihan dan pengumpulan untuk kemudian manusia jual. Anak-anak juga dapat berkreasi dalam merangkainya menjadi barang kerajinan atau hiasan dinding.
Mengurangi sampah dari sumber timbulan, perlu upaya untuk mengurangi sampah mulai dari hulu sampai hilir, upaya-upaya yang dapat manusia lakukan dalam mengurangi sampah dari sumber sampah (dari hulu) adalah menerapkan prinsip 3R.
Dengan sistem pemilahan ini harapannya anak didik dapat belajar betapa sampah yang semula kotor dan menjijikkan ternyata memiliki nilai jual. Mata pelajaran ekonomi dapat dipelajari dari seonggok sampah di sekolah. Anak didik akan menyadari bahwa peluang kerja ada di sekitarnya, bukan hanya dicari tapi dapat juga diciptakan.
Dalam perancangan pengelolaan sampah di sekolah, para siswa perlu dilibatkan secara aktif. Hal ini dapat dilakukan dengan pembentukan regu-regu yang bertugas secara terjadwal. Kegiatan pameran dan kompetisi berkala dapat dilakukan untuk meningkatkan kepedulian terhadap pengelolaan sampah. Menulis di blog atau majalah dinding merupakan latihan yang bagus untuk menumbuhkan jiwa-jiwa mengelola sampah. Sehingga muncul kesadaran baru bahwa, “Sampah bukan masalah, tetapi peluang.