3 Puisi Chairil Anwar Bertema Kemerdekaan merupakan artikel singkat mengenai tiga puisi Chairil Anwar yang mengambil tema tentang Kemerdekaan. Kemudian, puisi-puisi yang menjadi contoh dalam artikel ini pernah penyair populerkan ketika era tahun 1940-an. Setelah itu, semoga artikel ini cocok untuk pembelajaran siswa mengenai periodisasi sastra Indonesia angkatan 45.
Riwayat Chairil Anwar
Menurut ensiklopedia kemdikbud, Chairil Anwar terkenal sebagai penyair pelopor Angkatan 45 dalam Sastra Indonesia. Kemudian, Chairil Anwar terkenal juga sebagai seseorang yang hidup dan matinya sangat berkaitan dengan sejarah puisi Indonesia modern.
Chairil Anwar lahir pada tanggal 22 Juli 1922 di Medan, Sumatra Utara. Selanjutnya, ia adalah putra mantan Bupati Indragiri Riau, dan masih memiliki ikatan keluarga dengan Perdana Menteri pertama Indonesia, Sutan Sjahrir. Lalu, ia bersekolah di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) yang kemudian dilanjutkan di MULO, tetapi tidak sampai tamat. Walaupun latar belakang pendidikannya terbatas, Chairil menguasai tiga bahasa, yaitu Bahasa Inggris, Belanda, dan Jerman.
Chairil Anwar mulai mengenal dunia sastra di usia 19 tahun, tetapi namanya mulai pamor ketika Majalah Nisan memuat tulisannya pada 1942. Setelah itu, ia menciptakan karya-karya lain yang sangat terkenal bahkan sampai saat ini seperti “Krawang Bekasi” dan “Aku”.
Pada bulan Januari — Maret 1948, Chairil Anwar pernah bekerja menjadi redaktur majalah Gema Suasana. Namun, karena merasa tidak puas, beliau mengundurkan diri dari pekerjaan itu. Setelah itu, beliau bekerja sebagai redaktur di majalah Siasat sebagai pengasuh rubrik kebudayaan “Gelanggang”.
Menurut Merdeka.com, wanita adalah dunia kedua pria flamboyan ini setelah sastra. Dalam lingkup keluarga, nenek adalah orang terdekat Chairil sebelum sang ibu sendiri. Ketika dewasa, ia diketahui menjalin hubungan dengan banyak wanita dan Hapsah adalah satu-satunya wanita yang pernah dinikahinya walaupun ikatan suci tersebut tidak berlangsung lama. Perceraian itu dikarenakan gaya hidup Chairil yang tidak berubah bahkan setelah memiliki istri dan anak. Pernikahan tersebut menghasilkan seorang putri yang bernama Evawani Chairil Anwar yang sekarang berprofesi sebagai notaris.
Belum genap 27 tahun, Chairil meninggal dunia. Ada beberapa versi tentang penyebab kematiannya, namun satu hal yang pasti adalah ia mengidap TBC disinyalir menjadi sebab kepergiannya. Walaupun hidupnya di dunia sangat singkat, Chairil Anwar dan karya-karyanya sangat melekat pada dunia sastra Indonesia. Karya-karya Chairil juga banyak diterjemahkan ke dalam bahasa asing, antara lain bahasa Inggris, Jerman dan Spanyol. Sebagai tanda penghormatan, dibangun patung dada Chairil Anwar di kawasan Jakarta dan hari kematiannya diperingati sebagai Hari Chairil Anwar oleh para pengagumnya.
Nah, untuk mengenal lebih dekat tentang beliau, berikut ini adalah karya-karya puisi Chairil Anwar yang mengambil tema tentang Kemerdekaan:
- Karawang Bekasi
- Maju
- Persetujuan dengan Bung Karno
Baca juga: Contoh Cerpen Siswa Mengenai Sekolah
KARAWANG BEKASI
Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kami
Menjaga Bung Karno
Menjâga Bung Hatta
Menjãga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garsi batas pernyataan dan impian
Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi
1948
Baca juga: Tugas Cerpen Meraih Kesuksesan
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
1943
Baca juga: LKPD Surat Lamaran Pekerjaan
PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO
Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh
1948
Demikianlah tiga contoh puisi Chairil Anwar yang bertemakan Kemerdekaan. Oleh karena itu, semoga artikel ini dapat melengkapi koleksi bacaan pembaca mengenai tokoh-tokoh sastra Indonesia, terutama penyair.(*)